Politik Dalam Benak
Selasa, 20 Agustus 2019 18:31 WIBSebuah rima gambaran demokrasi Indonesia. Sebuah sajak gambaran politik dalam benak.
Politik itu menarik,
dipenuhi intrik,
lobi-lobi eksotik,
frasa-frasa unik..
Hampir setiap warsa..
Kontestasi politik terjadi dimana-mana..
Dari yang hanya tingkat desa,
hingga perebutkan tampuk pimpinan negara..
Setiap masa, ada pemimpinnya..
Setiap pemimpin, ada masanya..
Mari terima kekalahan sebagai sebuah pembelajaran..
Pembelajaran berarti uji kepantasan diri..
Mari terima kekalahan..
Akui kemenangan lawan..
Pada akhirnya, tak ada lawan maupun kawan dalam perpolitikan..
Selama masih berkepentingan,
semua masih memungkinkan,
semua masih bisa sejalan.
Kala Ratna mengumandangkan namanya dalam barisan tajuk berita..
Menyusul kemudian konferensi pers dari salah satu capres..
Banjir empati mengalir deras di lini masa..
Hmm...
Ada sesuatu yang tidak beres..
Tak sedikit rakyat yang menyangsikannya..
Hingga seorang penyanyi kondang pun melantunkan kesaksiannya..
Sebelum insiden memilukan..
Kedua calon tak kunjung temukan pasangan..
Ada yang tawarkan nama hingga belasan..
Ada yang menawarkan diri dengan kepedean..
Ada pula yang tawarkan putra mantan penghuni istana kepresidenan..
Pada akhirnya, semua itu tak jadi pilihan..
Kasihan..
Kasihan..
Kasihan..
Padahal proses pendekatan berbulan-bulan..
Namun tetap saja sang gebetan inginnya direlakan..
Uniknya diksi tak luput dari kicauan politisi..
Politisi sontoloyo..
Tipisnya tempe mendoan..
Politik genderuwo..
Ekonomi kebodohan..
Bukti politisi juga butuh sensasi..
Alangkah membosankan memang..
Kontestasi sebesar pilpres hanya terdiri dari dua pasang..
Apalagi ini tak ubahnya pertandingan ulang..
5 tahun silam..
Apakah hari ini masih tersimpan dendam?
Di lain sisi..
Lagi- lagi sensasi juga tak ubahnya bukti..
Demokrasi hari ini minim esensi..
Entah nilai apa yang diperjuangkan..
Oposisi dengan mudahnya pindah posisi..
Serampangan berganti haluan..
Apalah arti masa depan,
apabila hanya berorientasi pada kekuasaan.
Apalah arti rakyat,
apabila terus-terusan berkhianat.
Apalah arti politik,
apabila gunakan akal picik.
Apalah arti politisi,
apabila terus-terusan hanya bisa umbar janji.
Menyampaikan tatkala ingin diperhatikan.
Memperhatikan tatkala membutuhkan.
Mencari-cari tatkala sedang berkontestasi.
Memperjuangkan tatkala sama kepentingan.
Politik harus damai,
masalah publik pun terurai.
Politik harus menyejukkan,
bukannya malah saling menyudutkan.
Politik harus bermoral,
agar terhindar dari konflik-konflik sosial.
Politik harus jujur,
agar negara ini tak berujung hancur.
Akibat persengkokolan jahat,
demi kepentingan sesaat.
Politik harus arif,
agar bisa ulurkan ide-ide solutif.
Politik harus melepaskan,
melepaskan yang telah berlalu,
memulai sesuatu yang baru.
Berawal dari peduli,
cetuskan inovasi,
hingga jadilah sebuah kreasi.
Itulah sebuah sajak gambaran politik dalam benak.
Aku sampaikan dalam bentuk rima guna melepaskan dahaga publik akan kedamaian dalam politik sekaligus hiburan selepas perhelatan akbar pemilihan presiden 2019 lalu.
Kalaupun ini tak mendamaikan,
setidaknya tulisan ini berhasil kuterbitkan.
Kalaupun ini tak menghibur,
setidaknya tulisan ini tak terkubur.
Terkubur sesak dalam jerat pikir,
bersama angan-angan sumir.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Politik Dalam Benak
Selasa, 20 Agustus 2019 18:31 WIB[Indonesiana] Terkaan 3 Dekade Esok
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler